PEMBELAJARAN BERBASIS ETNOSAINS DI SEKOLAH DASAR
Abstract
Abstrak. Pembelajaran Berbasis Etnosains Di Sekolah Dasar. Etnosains merupakan strategi penciptaan lingkungan belajar dan perancangan pengalaman belajar yang mengintegrasikan budaya sebagai bagian dari proses pembelajaran di Sekolah Dasar. Pengintegrasian etnosains dalam pembelajaran dapat menggambarkan secara jelas kekhasan materi ajar, ruang kelas, lingkungan belajar, metode pembelajaran maupun pendekatan pembelajaran yang berbasis budaya. Proses pembelajaran akan efektif jika etnosains diintegrasikan kedalam tema-tema pembelajaran sebagai tema pokok pembelajaran. Misalnya tentang pengetahuan budaya yang berkaitan ritual adat, tanaman obat-obatan tradisional, rumah adat, dan pengetahuan budaya lainnya yang relevansi dengan tema pembelajaran.Etnosains dapat diimplementasikan melalui metode pembelajaran yang berpusat pada siswa melalui metode problem based learning (PBL), project based learning (PjBL), discovery, inkuiri, dan keterampilan proses. Dengan pengintegrasian etnosains maka pembelajaran yang berlangsung bukan saja menggali pengetahuan deklaratif siswa, tetapi juga pengetahuan prosedural yang mengacu pada konstruktivisme.
References
Arends, Richard I. 2013. Belajar Untuk Mengajar: Learning To Teach. Jakarta: Salemba Humanika
Arikunto, Suharsimi dan Said. 1999. Pendidikan berkarakter. Jakarta: Kanisius.
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2010. Paradigma Pendidikan Nasional Abad XXI. Jakarta.
David M. Davison & Kenneth W. Miller. 1998. An Ethnoscience Approach to Curriculun Issues for American Indian Students. Journal. Department of Curriculum and Instruction, Montana State University-Billings.
Eyford, H. 1993. “Relevant Education: the Cultural dimensions”, dalam Papua New Guinea Journal of Education.
Gallagher, Kevin et.al. 2004. Ecological Basis For Low Toxicity Integrated Pest Management in Rice dalam Jules Pretty (ed). Journal. Earthscan: London
George, C. 1991. “School Science and Ethnoscience.” Journal of Science and Mathematics Education in South East Asia.
Hume, Douglas William. 1997. Towards a Synthesis Of Ethnoscience And Symbolic Anthropology: An Ethnography Of Surgical Culture. Thesis. California State University, Fullerton.
Ibrahim. 2002. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan UP1.
Johnson, Elaine B. 2014. CTL (Contextual Teaching & Learning). Bandung: Kaifa.
Okebukola,P.A.O. 1986. “Influenced of Prefered Learning Style on Cooperative Learning in Science”. Science Education. 70 (5), 509-517.
Parris, Patrick. 2010. “Cultural Dimensions Of Learning: Addressing The Challenges of Multicultural Instruction”. Journal. (online) (http://www.journal/atabszauniversity.com. diunduh pada tanggal 7 Januari 2017).
Schunk, Dale H. 2012. Learning Theories An Educational Perspective. Teori-teori pembelajaran: Perspektif Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Snively,G& Corsiglia. 2001. Discovering Indigenous Science: Implications for Science Education. Science Education.Vol 85 (1).Pp.7-34.
Suyatno, Suyono. 1985. “Revitalisasi kearifan Lokal Sebagai Upaya Penguaatan Identitas Keindonesian”. (online) (http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/artikel/1366. diunduh tanggal 5 Januari 2017).
Yakubu, J. M. 1994. “Integration of Indigenous thought and Practice with Science and Technology: A case study of Ghana”. International Journal of Science Education.